Kitab kuning merupakan istilah yang digunakan sebagian masyarakat untuk menyebut kitab-kitab berbahasa Arab. Sejak masa silam, kitab-kitab berbahasa Arab ini biasa digunakan banyak pesantren sebagai bahan pelajaran para santri.
Dinamakan kitab kuning karena kertasnya berwarna kuning. Sebenarnya
warna kertas kuning itu hanya kebetulan saja. Artinya sama sekali tidak
ada hubungannya dengan aturan syariat, dan bukan anjuran para ulama
untuk mencetak bukunya dalam kertas berwarna kuning. Karena itu, jangan
sampai muncul keyakinan dalam diri kita bahwa kitab bertuliskan Arab yan
kertasnya berwarna kuning, memiliki keistimewaan khusus dibanding buku
lainnya.
Sekali lagi, jangan menilai kitab ini sebagai kitab luar biasa karena
warna kertasnya kuning. Anda hanya boleh menilai buku berdasarkan
isinya. Seperti yang kita ketahui, umat Islam merupakan kelompok
masyarakat terdepan dalam tradisi tulis-menulis. Di saat bangsa lain
masih banyak yang buta huruf, negeri Islam sudah dijejali dengan
berbagai perpustakaan yang menghimpun ribuan karya para ulama.
Ketika Islam datang ke Indonesia, terbawalah referensi- referensi
semacam ini bersamaan dengan kehadiran para da’i. Karena keterbatasan
teknologi pengolahan kertas, di masa silam ketersediaan kertas hanya
terbatas yang berwarna kuning. Bahkan Alquran masa silam, juga dicetak
dengan kertas warna kuning. Namun untuk masanya, kitab kuning itu sudah
sangat bagus, dibanding transkrip asli hasil goresan tangan penulisnya.
Untuk mendapatkan kitab ini sangat mudah. Karena masih banyak toko
buku berbahasa Arab yang menjual kitab dengan kertas kuning. Di saat
kertas warna putih sudah banyak beredar, beberapa penerbit masih
mempertahankan tradisi lama, mencetak buku terbitannya dengan kertas
berwarna kuning. Ada yang memberi keterangan, kitab dengan kertas
berwarna kuning, lebih nyaman dibaca dari pada yang berwarna putih.
Karena warna kuning, lebih bisa meredam cahaya yang memantul dari
lembaran kertas ke mata pembaca.
Apapun itu, yang lebih penting untuk dipegangi, warna kertas sama
sekali tidak menunjukkan keistimewaan sebuah buku, namun semua kembali
kepada isinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar